Keterpurukan dan kebangkitan kehidupan manusia datang silih berganti. Sejak awal penciptaan manusia, yaitu ketika Nabi Adam 'alaihissalam bangkit kembali dari keterpurukan kecil akibat melanggar larangan Alloh Subhanahuwata'ala. Keterpurukan besar-besaran senantiasa terjadi akibat tipudaya musuh manusia yang nyata yaitu iblis dan para syaitan.
Keterpurukan pertama terjadi pada Adam 'alaihissalam dan istrinya, ketika mereka melanggar larangan Alloh Subhanahuwata'ala dengan memakan buah dari pohon yang sudah dilarang untuk di dekati. Namun keterpurukan itu disambut dengan kebangkitan berupa taubatnya Nabi Adam 'alaihissalam kepada Alloh Subhanahuwata'ala.
Setelah diturunkan ke bumi, Adam ‘Alaihissalam menda’wahkan Tauhid kepada keluarga dan keturunannya. Sepuluh generasi keturunannya berada di atas Tauhid, hingga datang generasi yang menyimpang dari sirotolmustaqim, lalu terpuruklah ke lubang-lubang kesyirikan. Kemudian Alloh Subhanahuwata'ala mengutus Nuh 'alaihissalam untuk membangkitkan kembali kaumnya yang saat itu berada dalam keterpurukan terbesar, berupa penyembahan kepada patung-patung orang sholeh. Selama 950 tahun Nabi Nuh 'alaihissalam mendakwahkan tauhid kepada ummatnya namun hanya segelintir orang yang mau bangkit dan mengikuti Nabi Nuh 'alaihissalam. Sehingga Alloh Subhanahuwata'ala memusnahkan kaum yang tidak mau mengikuti Nabi Nuh 'alaihissalam. Kembali manusia bangkit dari keterpurukan.
Hingga suatu zaman, mereka kembali terpuruk dengan menyembah patung-patung, mengikuti syariat iblis dan berhukum bukan dengan hukum Alloh Subhanahuwata'ala. Alloh-pun mengutus Nabi Ibrahim 'alaihissalam untuk merintis sebuah gerakan kebangkitan dan mendakwahkan tauhid (kemurnian Islam). Begitu seterusnya, gelombang kebangkitan dan keterpurukan senantiasa silih berganti. Setiap terjadi keterpurukan Alloh Subhanahuwata'ala mengutus para Nabi dan Rosulnya untuk merintis sebuah gerakan kebangkitan.
Hingga datanglah suatu zaman ketika manusia kembali berada dalam keterpurukan total, Alloh Subhanahuwata'ala pun mengutus Nabi dan Rosul terakhir-Nya yaitu Muhammad Solallohu'alaihi Wassalam. Untuk sekali lagi memulai sebuah gerakan kebangkitan di tengah-tengah keterpurukan total yang menyelimuti seantero dunia. Rosululloh dan para sahabatnya ketika itu harus mengorbankan segala kesenangan dunia ini untuk membangkitkan manusia dari keterpurukan, Usaha total hingga gerakan kebangkitan yang dipimpin oleh Rosululloh Solallohu'alaihi Wassalam semakin lama semakin meluas dan meliputi sepertiga dunia.
Namun sunnatulloh pun kembali terjadi, kemurnian Islam mulai pudar, dan kesyirikan pun kembali merajalela di tubuh ummat. Hingga kaum kufar seakan mendapatkan kesempatan untuk merusak ummat dari dalam.
Daulah Utsmaniyyah pada mulanya berada dalam manhaj ahlusunnah wal jama’ah, mulai tenggelam ketika pemahaman sufi mulai merasuki tubuh ummat, kemurnian-pun tergantikan dengan kepalsuan-kepalsuan yang dilabeli agama. Keruntuhan daulah Utsmaniyyah tak bisa terelakkan gejolak dari dalam dan luar harus di hadapi oleh para pemegang kemurnian. Hingga pada akhirnya bangunan nan kokoh itupun harus runtuh ditelah kegelapan zaman.
Pasca runtuhnya sistem kekhilafahan, banyak di antara ummat ini yang menyerah dan pasrah. Namun ada pula sebagian kecil dari mereka yang mencoba untuk berbuat sesuatu untuk mengembalikan kekhilafahan yang telah runtuh. Namun usaha yang mereka lakukan bukanlah usaha yang bermuatan kebangkitan, pandangan yang salah tentang realita yang ada menyebabkan mereka mengambil langkah cepat dan dangkal. Mereka tidak memahami asasi keterpurukan yang terjadi dalam tubuh ummat. Bahwa kebangkitan hanya dapat terjadi dengan membangkitkan ruhani ummat yang terpuruk, mengembalikan kembali ummat kepada jalan yang lurus (Sirotul Mustaqim).
Di Indonesia sendiri sejak awal abad ke 20, gerakan-gerakan Islam terus bermunculan. Hanya saja amat disayangkan gerakan-gerakan tersebut banyak berorientasi pada problematika duniawi saja. Mereka kurang memperhatikan aspek keterpurukan ruhani. Padahal keterpurukan ruhani adalah ibu dari segala keterpurukan. Selain itu gerakan-gerakan yang banyak bermunculan jarang sekali yang mengusung manhaj Ahlusunnah sebagai suatu manhaj yang harus di anut oleh umat secara keseluruhan.
Realita keterpurukan ruhani di negeri kita sudah sangat mengerikan dan sudah berpotensi untuk mengundang adzab dari Alloh Subhanahuwata’ala. Bahkan adzab-adzab itu memang sudah berdatangan bertubi-tubi bagaikan gelombang lautan yang terus-menerus bergantian menghempas pantai.
Mulai dari Kesyirikan yang nyata dilakukan oleh masyarakat mulai dari penyembahan-penyembahan kepada kuburan-kuburan hingga praktek-praktek sihir yang dilegalitas dan masuk ke setiap pintu-pintu rumah kaum muslimin melalui media elektronik maupun cetak, hingga ritual-ritual kebudayaan bangsa yang diadopsi dari kepercayaan-kepercayaan lain. Semuanya adalah bentuk kesyirikan meskipun diberi label islami. Bahkan praktek-praktek kesyirikan tersebut dilindungi oleh pemerintah.
Kemudian kita dapati banyak sekali praktek-praktek bid’ah dalam kehidupan agama yang sama sekali tidak pernah di ajarkan ataupun di anjurkan apalagi diperbuat oleh Rosululloh Solallohu'alaihi Wassalam dan para Sahabatnya. Semua dianggap sebagi sunnah sedangkan sunnah dianggap bid’ah dan sesat.
Kemaksiatan-kemaksiatan yang banyak dilakukan oleh masyarakat, baik secara individu maupun kemaksiatan secara kolektif seperti pacaran, zina, meminum khomr, judi dll. Semua di diamkan dan dibiarkan, dianggap sebagai sesuatu hal yang biasa dan wajar dilakuan. Na’udzubillah…
Semua itu adalah keterpurukan ruhani yang akan mengakibatkan keterpurukan duniawi dan keterpurukan ukhrawi kelak, yaitu ancaman siksa pedih dan abadi di akhirat nanti serta menjadi sebab tidak mampunya kita mengemban khilafah tauhid di bumi ini.
Diantara keterpurukan duniawi yang akan dan bahkan telah terjadi adalah bencana-bencana alam yang terjadi di bumi ini. Bencana-bencana yang silih berganti bahkan susul menyusul senantiasa bertambah cepat jarak waktu dari satu bencana ke bencana lainnya. Bencana seperti Tsunami, Tanah Longor, Banjir, Semburan Lumpur, Tumbukan Meteor dan lain sebagainya adalah akibat dari keterpurukan ruhani yang ditambah buruk lagi oleh keterpurukan peran.
Alloh Subhanahuwata'ala berfirman:
“telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusi, supay Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS. Ar-Rum: 41)
“ dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. 'alaihissalam-Syuro: 30)
Seperti yang telah disebutkan bahwa gerakan-gerakan Islam yang berorientasi kepada pembangkitan umat saling berbeda pandangan atau persepsi tentang realita umat saat ini dan tentang pangkal penyebab realita itu. Perbedaan ini telah melahirkan perbedaan strategi dalam mencapai tujuan setiap harokah.
Pandangan dan strategi pertama adalah mereka yang menganggap bahwa keterpurukan yang terjadi adalah keterpurukan duniawi semata, yaitu kepincangan dalam memanajemen umat dan solusinya adalah memperbaiki manahemen tersebut.
Kemudian pandangan dan strategi kedua adalah mereka yang mengakui adanya keterpurukan ruhani, peran, dan duniawi. Para peyakin pandangan ini berbeda pendapat dalam menilai bobot masing-masing keterpurukan dan hubungan di antaranya. Para peyakin pandangan ini tidak atau kurang mendasarkan strategi mereka pada keyakinan bahwa keterpurukan ruhani adalah sebab segala-galanya dan kebangkitan ruhani akan menjadi ibu dari semua kebangkitan.
Tsaqofah mereka terkonsentrasi pada “wajibnya mendirikan Negara Islam” yang setelah berdiri akan melahirkan “kejayaan umat”. Jadi solusi keterpurukan adalah berdirinya Negara Islam. Sehingga strategi ini dinamakan strategi tampuk kekuasaan.
Kemudian pandangan dan strategi ketiga, mereka yang merangkum dan menganalisa keterpurukan yang terjadi di tubuh umat, yang di rangkum dalam butir-butir berikut:
1.Umat Islam secara global dewasa ini berada dalam keterpurukan ruhani, peran, dan duniawi.
2.Keterpurukan Ruhani adalah ibu dari semua keterpurukan.
3.Keterpurukan ruhani pun mengancam berjuta umat di akhirat nanti dengan keterpurukan ukhrawi yang sangat dahsyat.
4.Kebangkitan ruhani adalah kembalinya umat secara jama’I meniti Sirotulmustaqim. Ini berarti dominasi manhaj Ahlusunnah Wal Jama’ah secara utuh atas kehidupan umat bermasyarakat.
5.Tak ada jalan untuk keselamatan ukhrawi dan terwujudnya kebangkitan peran dan duniawi tanpa kebangkitan ruhani.
6.Jalan kebangkitan total harus dirintis dengan dakwah yang bertarget kebangkitan ruhani secara kaffah.
Mereka yang meyakini pandangan ini memilih jalan dakwah sebagai “Strategi menuju perubahan”. Strategi ini kita namakan “Strategi Dakwah”.
Strategi ke empat inilah yang di usung oleh HASMI (Harokah Sunniyah Untuk Masyarakat Islami). HASMI adalah sebuah organisasi yang murni kelahiran Indonesia, berpusat di Indonesia dan bukan sekali-kali organisasi lintas Negara.
Dasar keseluruhan HASMI adalah manhaj Ahlus Sunnah wal Jama’ah, manhaj kebenaran sesuai dengan kemurnian Islam. Manhaj wahyu Ilahi, Al-Qur’an dan Sunnah serta mengikuti pemahaman dan penerapan Salafussoleh. Hal ini tidak berarti sama sekali bahwa HASMI mengklaim tidak pernah atau tidak akan mempunyai kesalahan. Hal ini hanya sebatas kebulatan tekad penitian Sirotulmustaqim. HASMI mengusung dan mendakwahkan manhaj Ahlusunnah Wal Jama’ah.
Tujuan HASMI adalah terwujudnya kebangkitan total melalui usaha perwujudan ruhani yang bermahkotakan “Berdirinya masyarakat Islami di Indonesia” sebagi perwujudan dari kebangkitan peran yaitu masyarakat yang kolektif atau perorangan dinaungi dan dituntun oleh norma-norma Islam yang suci.
HASMI memilih strategi dakwah dalam meniti jalan perjuangan menuju tujuannya, karena Dakwah adalah strategi para nabi dalam misi penyelamatan mereka terhadap manusia. Sedangkan jihad besenjata adalah salah satu jalan dari jalan-jalan dakwah yang dilakukan hanya pada kondisi-kondisi tertentu. Bahkan jalan untuk merubah keterpurukan ruhani menjadi kebangkitan ruhani adalah dengan medakwahi umat tidak ada jalan lain.
Kita berada di tengah-tengah umat Islam yang sangat membutuhkan penerangan dan di waktu yang sama kesempatan serta pintu-pintu dakwah sangat terbuka lebar di negeri ini.
“ Katakanlah: "Inilah jalan (agama) ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha suci Allah, dan aku tiada Termasuk orang-orang yang musyrik". (QS. Yusuf: 108)
Kebangkitan Sejati
Label: Kebangkitan | author: Tim Embun TarbiyahPosts Relacionados:
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 Comentário:
Kita tidak menghendaki kebangkitan yang terbatas pada ibadah dan perbuatan mandub saja. Akan tetapi, kita menghendaki kebangkitan atas hukum-hukum Islam keseluruhan baik dalam pemerintahan, politik, ekonomi, sosial, hubungan luar negeri, tsaqafah dan pendidikan, politik dalam negeri dan luar negeri dan dalam seluruh urusan umat, baik secara individu, kelompok maupun negara.
Posting Komentar